Kami bertemu di masa putih abu-abu sejak kelas 10 SMA. Kami berbeda kelas, namun disatukan dalam satu organisasi keagaamaan. Irfan mendapat nomor Dinda dari sepupunya yang ternyata adalah teman SD Dinda. Sejak dalam organisasi kami berkomunikasi hanya sebatas pada diskusi organisasi sekolah. Setelah lulus, kami berpisah. Dinda berkuliah di Purwokerto dan Irfan di Surabaya. Kami sibuk dengan urusan akademik dan organisasi masing-masing. Sejak kuliah, kami tetap menjalin komunikasi untuk menjaga silaturahim.
Semenjak Dinda lulus kuliah, Irfan memberanikan diri datang ke rumah meminta izin kepada Mama Dinda untuk mengajak Dinda taaruf. Dengan istikharah dan diskusi, Dinda menerima taaruf Irfan. Perjalanan taaruf seseorang memiliki kemudahan dan kesulitannya masing-masing. Kami memulai proses taaruf dengan waktu yang panjang karena proses taaruf bukan hanya saling mengenal satu sama lain, tapi juga saling mengenalkan keluarga masing-masing, sebab pernikahan bukanlah menyatukan dua insan, tapi dua keluarga yang memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda. Proses yang panjang juga membantu kami untuk mematangkan visi dan misi pernikahan. Kami sama-sama berjuang saling memantaskan diri dan memantapkan hati.
Alhamdulillah, buah penantian kami berakhir manis. Di ujung hari di bulan Januari, kedua keluarga besar bertemu. Akhirnya diputuskanlah pada 6 April 2019, insyaAllah kami akan mengikrarkan janji sakral di hadapan Allah untuk saling menyempurnakan separuh agama kami :)